Header Ads Widget

Darussalam Catering

Dikotomi Ormaba: Pembekalan Mahasiswa & Kaderisasi Organisasi



Ilmi Hatta Dhiya'ulhaq

“Tak kenal, maka ikutlah Ormaba!”

Mesir dengan segala keunikannya, tentulah menjadi dunia yang asing di mata mahasiswa baru dari Indonesia. Bahasa, kebiasaan, iklim, sampai makanan di sini jauh berbeda dengan apa yang ada di tanah air. Perlu waktu bagi para pendatang untuk mengenal dan beradaptasi di lingkungan Mesir, apalagi sampai bisa menaklukkannya. Sebagai ikhtiar untuk membekali mahasiswa baru, organisasi-organisasi Masisir mengadakan sebuah kegiatan tahunan yaitu Orientasi Mahasiswa Baru.

Katakan ada seorang mahasiswi baru bernama Rani. Sebagai sosok yang penuh rasa penasaran dan ingin mendapat bekal yang cukup untuk berkehidupan di Mesir, Rani mengikuti kegiatan Ormaba. Namun, rupanya kegiatan itu tidak hanya satu. Rani mengikuti orientasi sekian kali, baik di Organisasi Induk, Kekeluargaan, Mediator, Almamater. 

Dia mendapati bahwa beberapa materi pembekalannya berulang, beserta rentetan fun games yang tergelar berkali-kali, pengenalan internal organisasi, pemilihan ketua angkatan, sampai rilis angkatan kedatangan baru. Dia tidak banyak berkomentar, karena dia pikir memang Ormaba sudah seperti itu adanya.

Ketika Ormaba di setiap komponen Masisir ditelisik, maka kita akan mendapati bahwasanya ia sejatinya terdiri dari dua unsur: pembekalan mahasiswa baru dan kaderisasi organisasi. Apakah kedua unsur ini akan selalu jadi kesatuan yang tak terpisahkan? Atau jika bisa dipandang terpisah, unsur manakah yang lebih penting?

Pembekalan Mahasiswa Baru

Pengenalan adalah suatu hal yang sangat fundamental di mana-mana. Dia jadi penting ketika seseorang ingin mulai berinteraksi dengan orang lain, apalagi ketika dia ingin berinteraksi dengan dunia baru. Oleh karena itu, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah tempat baru secara resmi, dia akan mendapatkan orientasi dalam konteks kelembagaan, atau training dalam konteks dunia kerja. Begitu juga ketika seseorang menjadi mahasiswa di luar negeri. 

Mahasiswa baru di luar negeri setidaknya perlu mengenal dua hal: universitas dan negara barunya. Dengan absennya pengenalan dari pihak universitas, berbagai organisasi mahasiswa Indonesia di Mesir berinisiatif untuk mengadakan orientasi mahasiswa baru dalam rangka membekali mereka dengan materi-materi yang berkenaan dengan Al-Azhar, Mesir, dan Masisir. 

Karena segala hal bisa jadi baru dan tidak semudah di tanah air, maka pembekalan menjadi sesuatu yang perlu bahkan wajib, sampai apabila terlewat, penting untuk disusulkan. Karena jika seorang mahasiswa baru melewatkan orientasi, maka dia akan menjalani hari-harinya tanpa bekal. Artinya, orientasi mahasiswa baru sebagai wadah pembekalan adalah penting.

Kaderisasi Organisasi

Ketika pembekalan menjadi fokus utama seorang mahasiswa baru sebagai peserta orientasi, maka lain halnya dengan kaderisasi organisasi yang menjadi kepentingan dari pihak penyelenggara. Kaderisasi yang dimaksud merujuk pada sebuah upaya yang dilakukan suatu organisasi guna mengenal, merekrut, melatih, mendidik, dan mengembangkan anggotanya agar nantinya siap memegang posisi kepemimpinan atau peran kunci organisasi tersebut. Tujuannya jelas, yakni untuk memastikan keberlanjutan, stabilitas, dan pertumbuhan organisasi jangka panjang. Kaderisasi merupakan langkah penting yang diusahakan setiap organisasi supaya bisa tetap hidup.

Oleh hampir seluruh penyelenggara, upaya kaderisasi di berbagai organisasi Masisir dimasukkan ke dalam rentetan Ormaba. Hal ini bisa dilihat dari rentetan Ormaba di hampir semua penyelenggara yang meliputi: pemilihan ketua angkatan lengkap beserta screening, debat kandidat, hingga kampanye; dilanjut dengan bonding dan rilis nama angkatan baru; hingga sesi khusus guna membahas sejarah, struktural, hingga kondisi organisasi. Karena bertujuan untuk membangun kebersamaan di sebuah angkatan baru juga, orientasi didesain untuk membuat interaksi antar anggota lebih intens dengan cara-cara tertentu, bahkan antara laki-laki dan perempuan. Penyelenggaraan yang demikian menjadikan unsur kaderisasi organisasi seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Ormaba itu sendiri.

Tidak seperti materi pembekalan, unsur kaderisasi organisasi tidak berdampak signifikan secara langsung dalam keseharian mahasiswa baru. Apabila seorang mahasiswa baru melewatkan materi pembekalan dia mungkin akan menjalani keseharian dengan arah dan cara yang tidak tepat, tapi jika dia melewatkan pemilihan ketua, rilis angkatan, atau pengenalan internal, dia masih dapat menjalani keseharian dengan normal. Artinya, unsur kaderisasi organisasi dalam rentetan ormaba bukanlah sesuatu yang begitu fundamental dari sudut pandang mahasiswa baru.

Jika Dipahami sebagai Dikotomi

Dalam tulisan ini, Ormaba berusaha dipisah dalam dikotomi berupa: pembekalan mahasiswa dan kaderisasi organisasi. Dikotomi ini menjadi tidak penting apabila di Masisir memang hanya ada satu rentetan ormaba untuk setiap mahasiswa baru. Namun yang terjadi, orientasi mahasiswa baru ada di kalangan Masisir ada banyak, dan satu sama lain tidak saling padu. Selain perbedaan dalam hal peran dan dampaknya yang telah dijelaskan di atas, dua unsur ini juga berbeda dalam kemungkinannya untuk diintegrasikan. 

Kendati kaderisasi organisasi selamanya akan jadi urusan masing-masing organisasi, pembekalan mahasiswa baru Indonesia di Mesir dapat dipandang sebagai kepentingan bersama dan dapat diselaraskan satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, jika persatuanlah yang diinginkan oleh seluruh komponen Masisir, dikotomi dua unsur tadi menjadi sesuatu yang penting. Karena yang diperlukan di seluruh Ormaba Masisir untuk menanggulangi pengulangan materi dan problematika lainnya adalah integrasi.

Kemudian jika ternyata dua unsur dalam rentetan Ormaba dapat dan memang benar-benar perlu dipisah, apakah PPMI, Wihdah, Kekeluargaan, Senat Mahasiswa, Afiliatif, Almamater, bahkan Mediator dan seluruh mahasiswa Indonesia Mesir rela untuk saling berbagi peran dalam pembekalan mahasiswa baru, dan mengesampingkan kepentingan kaderisasi organisasinya dalam dapur masing-masing?

Apakah peran utama Ormaba adalah untuk pembekalan mahasiswa baru, atau sebenarnya penyelenggaraannya hanyalah kedok untuk mendapatkan kader mahasiswa baru yang ke depannya mau membuat-buat kegiatan untuk organisasi? Jangan sampai Ormaba menjadi seperti kaleng Khong Guan yang dari luar tampak berisi biskuit, tapi ternyata dalamnya adalah rengginang.


Kunjungi juga: Mengurai Benang Kusut Ormaba


Posting Komentar

0 Komentar