Ketika seseorang datang ke gedung teater untuk menikmati penampilan orkestra, dia akan duduk di bangku penonton sambil berekspektasi akan ada alunan simfoni yang menghiburnya. Simfoni dalam orkestra adalah mahakarya dari perpaduan berbagai instrumen. Ia tercipta ketika setiap instrumen bersuara sesuai porsi dan gilirannya hingga terlahirlah sebuah musik yang ciamik.
Namun, jika masing-masing instrumen ingin memainkan musik sesuai keinginan sendiri-sendiri, yang tercipta bukanlah alunan yang indah dan menghibur, melainkan suara yang bisa jadi lebih sumbang dari ringkik keledai, dan mungkin seperti keadaan berbagai Ormaba di Masisir saat ini.
Katakan ada seorang mahasiswa baru bernama Pandu. Sebagai maba yang rajin dan taat, dia mengikuti Ormaba di Mediator yang memberangkatkannya, lalu mengikuti Ormaba di Kekeluargaan yang mengurusi berkas izin tinggalnya, Almamater yang berisi teman dekatnya, sampai di Ormaba PPMI selaku Organisasi Induk. Pandu mengerahkan segala tenaga untuk bisa berpartisipasi di setiap orientasi dengan baik, dengan harapan dia akan mendapatkan banyak ilmu darinya.
Namun, setelah mengikuti berbagai rentetan itu, Pandu yang berjuang menahan kantuk di setiap sesi akhirnya mendapati bahwa materi hanya berulang. Dengan mengikuti empat Ormaba, tidak berarti dia jadi mahasiswa yang ‘sangat terbekali’.
Sebelumnya Pandu memperoleh materi keazharan di PPMI, kali ini di kekeluargaan. Tempatnya berbeda tapi isi materinya masih saja tentang Jauhar As-Siqili dan Mui’z li Dinillah serta histori Azhar dari Fatimiah hingga masa Republik Arab Mesir. Begitu juga di materi lainnya seperti Keamanan atau Kesehatan, yang tidak jarang salindia materinya sama. Yang berbeda hanya pemateri, pembawaan, dan detail kecil saja.
Sayangnya, Pandu hanya seorang peserta dan mahasiswa baru. Dia tidak bisa banyak protes karena pada akhirnya bukan dia penyelenggaranya. Pandu hanya bisa menjalani hari seakan semuanya berjalan normal, walau di hati terbesit resah yang tak tertuang dan di kepala terbit sadar bahwa ada ketidakselarasan!
Dalam membahas permasalahan ini, kami Tim Investigasi Pendar menemui pihak-pihak penyelenggara Ormaba tahun 2025 dari setiap komponen mahasiswa Indonesia di Mesir baik Organisasi Induk, Lembaga Kedaerahan (Kekeluargaan), Lembaga Kefakultasan (Senat Mahasiswa), Afiliatif, Almamater, sampai Mediator Keberangkatan.
Semua unsur itu kami temui untuk menegaskan bahwa Ormaba yang dibahas di sini adalah Ormaba di Masisir secara umum dan bukan di PPMI saja. Narasumber-narasumber tersebut sengaja kami pilih dari pelaksana di masa sebelumnya supaya Ormaba dapat dibahas dalam gambaran yang fixed sebagai fakta yang telah terjadi. Adapun pihak-pihak yang telah kami temui adalah sebagai berikut:
- Ormaba (Orientasi Mahasiswa Baru) PPMI Mesir,
- Fordinda (Forum Kaderisasi Insan Wihdah) Wihdah-PPMI,
- Angkasa (Ajang Perkenalan Mahasiswa Baru) KPMJB,
- OKAD (Orientasi Kader Dasar) Gamajatim,
- SHOW (Sharia Orientation Week) dari Sema-FSI,
- Ittiba’ (Iltiqa’ Ath-Thullab Al-Judud Ma’a Ittihadi Ath-Thalabah Al-Indunisiyyin bi Kuliyyati Ushuliddin) dari Sema-FU,
- Forza (Forum Azhari Muda) dari PCIM,
- Opaba (Orientasi Penerimaan Anggota Baru) dari PCINU,
- Orkaba (Orientasi Kader Bangsa) dari IKPM Gontor,
- Ormaba dari KBAI,
- Opera Fun (Orientasi Perkenalan, Family, Unforgettable, dan New Spirit) dari Markaz Arabiyyah, dan
- Ormaba dari Mumtaza Kairo.
Untuk menambah sudut pandang, kami juga bertemu dengan Muhammad Sami selaku Menko MSDM dari PPMI Kabinet Abdi Karya periode 2023-2024 (Ketika itu Menko 5), serta Muhammad Fadhilah Menko MSDM di Kabinet Bersama periode 2024-2025..
Bersama setiap narasumber, kami berdialog membahas Ormaba dari berbagai sudut pandang. Mulai dari latar belakang dan tujuan pengadaan sampai pelaksanaan teknis Ormaba di masing-masing lembaga secara sektoral.
Keterangan dari setiap narasumber kami terima dan kami coba padukan satu sama lain. Kami mendapati bahwa umumnya, Ormaba digelar dalam pola rentetan yang sama: 1) mentoring, 2) materi indoor, dan 3) kegiatan outdoor. Karena setiap lembaga juga pada dasarnya ada di atas satu panggung, di mana semuanya ingin membekali mahasiswa baru untuk dapat belajar dan hidup di Mesir dengan baik. Maka dengan kesamaan motivasi dan pola, Ormaba secara global di seluruh Masisir yang tidak mungkin dijadikan satu rentetan, ternyata masih mungkin untuk berjalan selaras tanpa tumpang-tindih laksana sebuah orkestra. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah: “Siapa yang Harus Membunyikan Apa”.
Aransemen & Partitur Orkestra Ormaba
Apabila Ormaba di seluruh Masisir sejauh ini adalah instrumen yang memainkan musiknya sendiri, maka perlu ada aransemen besar yang menuntun semuanya supaya dapat menjadi orkestra yang padu secara bersamaan. ‘Partitur’ yang selaras satu sama lain kemudian dibagikan kepada masing-masing pemain alias penyelenggara supaya semuanya mendapat giliran tanpa direnggut perannya dan tanpa perlu berebut suara siapa yang paling kencang.
Berangkat dari cara berpikir di atas, dan melalui analisa dan dialog, di sini kami mencoba untuk meletakkan materi-materi pokok kepada ‘pemain’ yang sesuai secara teoritis, baik dari segi kedekatan peran dan cakupan kesanggupan, dengan mengesampingkan dahulu urusan praktis apalagi politis. Setelah kami himpun dan analisa, Ormaba di Masisir berputar pada klasifikasi materi sebagai berikut:
- Seputar Al-Azhar (pengenalan umum Al-Azhar, pemetaan manhaj Azhari atau kharithatul ‘ulum, serba-serbi kampus dan administrasinya),
- Seputar Masisir (keamanan, interaksi atau adab & etika, kesehatan, dan tata cara pemberkasan izin tinggal),
- Seputar Mesir (budaya lokal dan bahasa ‘Amiyyah).
- Pengenalan dan kaderisasi organisasi.
Sejak pengenalan Azhar tidak diampu langsung oleh pihak kampus, lembaga-lembaga Masisir kemudian berinisiatif mengadakannya. Karena inisiatif muncul secara sektoral, maka penyelenggaraan pun terpisah-pisah juga. Pengenalan kampus kini disampaikan oleh pihak Almamater, Kekeluargaan, Mediator, Afiliatif, sampai Organisasi Induk. Keadaan ini memungkinkan mahasiswa baru mendapatkan pengulangan materi.
Namun, jika terdapat pembagian peran, maka Lembaga Kefakultasan atau Senat Mahasiswa (Sema) adalah yang paling tepat untuk mengampu materi keazharan dari segi pengenalan umum. Sema sendiri telah mengampu materi serba-serbi kampus di orientasi mahasiswa baru fakultasnya masing-masing, seperti Ittiba’ di Sema-FU, SHOW di Sema-FSI, dan Mitsal di Sema-FBA.
Sebagai pihak yang telah berperan lama menghubungkan kebutuhan mahasiswa Indonesia dengan setiap fakultas Al-Azhar, serta dengan catatan prestasi Sema yang pernah Pendar catat di Jejak Dedikasi Senat Mahasiswa, tentunya Sema punya kedekatan peran dan kesanggupan yang cukup untuk mengampu materi keazharan secara lebih utuh mulai dari pengenalan Azhar, pemetaan manhaj Azhari (kharithatul ‘ulum), bahkan sampai detail kampus beserta administrasinya. Dengan demikian, materi yang berkaitan dengan universitas semakin terfokus dan runtut di pihak Sema.
Selanjutnya mahasiswa selaku pendatang tentu perlu dibekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan cara hidup selayaknya orang asing di negeri orang. Pembekalan dalam hal keamanan, kesehatan, serta adab & etika merupakan materi yang perlu disampaikan seawal mungkin sejak mahasiswa baru tiba di Mesir. Maka sebagai pihak yang memberangkatkan, Mediator adalah pihak pertama yang paling tepat dalam menghadirkan pembekalan yang dimaksud. Apabila materi ini justru diampu oleh pihak selain Mediator, artinya mahasiswa baru akan melewati jangka waktu yang relatif panjang tanpa memiliki bekal sampai pihak-pihak tersebut mengadakan pembekalan.
Dan apabila pembekalan seputar keamanan, adab & etika, serta kesehatan merupakan materi yang dianggap perlu untuk ditindaklanjuti penerapannya dengan pembinaan di rumah-rumah, maka Mediator sebagai pihak yang menyediakan tempat tinggal juga merupakan pihak yang paling tepat untuk menghadirkan mentor atau pembimbing bagi mahasiswa baru. Sehingga pengawalan mahasiswa baru terjalin secara intens dan tidak cuma formalitas saja.
Sebab, konsep mentoring yang selama ini berjalan di orientasi-orientasi Masisir tidak sampai menyentuh keseharian mahasiswa baru. Namun, jika mentor di setiap orientasi memang difungsikan hanya untuk menemani mahasiswa baru sepanjang orientasi saja (untuk rihlah, narahubung pengumuman, dan semacamnya), maka fungsi itu selama ini telah ditunaikan secara sah. Tapi jika Ormaba adalah pembekalan untuk mengenali hidup di Mesir secara utuh, dan mentor berfungsi sebagai senior yang mendampingi proses pengenalan itu, maka mentoring dengan konsep yang umum dilaksanakan tidak cukup dan akhirnya terkesan cuma formalitas saja.
Pengarahan seputar pemberkasaan izin tinggal adalah materi yang penting bagi setiap mahasiswa luar negeri. Kekeluargaan yang punya peran dalam menjembatani anggotanya dengan Lembaga Izin Tinggal Kolektif (Intif) menjadi pihak paling tepat untuk menyampaikan pengarahan tersebut sebagaimana yang telah berjalan. Ditambah, sebagai lembaga yang punya fasilitas tempat dan jangkauan lebih dekat dengan mahasiswa baru dibanding Organisasi Induk, Kekeluargaan juga dapat diberi peran dalam mengampu materi pembekalan lain seputar Masisir dan Mesir seperti pengenalan budaya lokal, pelatihan bahasa ‘Amiyyah, atau materi lainnya yang tidak darurat untuk disampaikan sejak awal kedatangan—sebagaimana yang telah dijelaskan dalam poin Mediator.
Pembekalan seputar Al-Azhar, Mesir, dan Masisir jika dianggap sebagai materi yang perlu diberikan seluruh mahasiswa baru Indonesia di Mesir, maka kepentingan bersama ini semestinya dapat diterima pembagiannya oleh setiap penyelenggara Ormaba—kecuali jika ada yang merasa pembekalan tersebut bukan kepentingan bersama. Dengan pembagian ‘partitur’ yang tepat, maka Ormaba bisa berjalan secara simfonis, tanpa terulang atau terlewatnya satu materi penting pun. Kata efisien dan efektif pun dapat tercapai.
Sedangkan rentetan yang berkaitan dengan kaderisasi, seperti pengenalan internal organisasi dan rilis serta pemilihan ketua angkatan baru dikembalikan ke dapur masing-masing. Baik di Kekeluargaan, Almamater, Afiliatif, sebagaimana yang telah berjalan tanpa mengulangi pembekalan yang telah dibagikan. Bahkan PPMI selaku organisasi induk perlu memisah kepentingan kaderisasi angkatan Nusantara dengan pembekalan materi di Ormaba yang telah dibagikan pada pihak lainnya.
Organisasi Induk Sebagai Konduktor Orkestra
Ketika Ormaba ‘diaransemen’ dan ‘partiturnya’ dibagikan, maka untuk memulai ‘simfoni orkestra’ perlu ada sesosok ‘konduktor’. Dalam hal Ormaba, konduktor berperan sebagai regulator dan supervisor yang menjaga ‘irama’ Ormaba tetap berjalan indah dan sesuai. Karena fungsinya yang demikian itu, pihak yang dapat mengemban tugas tersebut adalah organisasi yang menaungi seluruh mahasiswa Indonesia di Mesir, tidak lain adalah Organisasi Induk alias PPMI.
Dari kacamata PPMI, upaya integrasi dalam Ormaba bukan merupakan hal baru. Merujuk dari tulisan “Merawat Ingatan Ormaba PPMI Mesir” karya Rahmadi Prima (Wasekjen PPMI 2021-2022), serta keterangan dari Muhammad Sami (Menko V 2023-2024), Muhammad Fadhilah (Menko MSDM 2024-2025); integrasi Ormaba sebenarnya pernah terwujud tanpa banyak polemik, tepatnya sebelum tahun 2020. Pada masa itu, kegiatan orientasi belum berceceran secara masif di komponen-komponen Masisir dan integrasi di atas berarti pengadaan pembekalan mahasiswa baru secara tunggal oleh Organisasi Induk.
Kala itu, integrasi dalam pengadaan Ormaba oleh PPMI Mesir bukanlah masalah besar, seperti yang terjadi dalam Ormaba angkatan Tazkeeya di tahun 2019 yang mana jumlah maba saat itu masih berada di angka 2000-an dan tempat tinggal mahasiswa baru masih terpusat di Asrama Indonesia. Dengan keadaan ini, sasaran peserta menjadi jelas sekaligus mobilisasi acara juga berjalan lebih efektif tanpa kendala yang cukup berarti.
Perubahan konsep Ormaba terjadi setelah tahun 2020 dan ditengarai oleh pandemi Covid-19. Adanya pandemi ini menuntut perubahan besar dalam model pelaksanaan Ormaba, karena dengan adanya pandemi, acara-acara dengan jumlah peserta yang banyak dibatasi ruang geraknya, sehingga ‘Ormaba yang Terintegrasi’ hadir dengan cara baru, yaitu dengan membagikan dana dan materi ke setiap Kekeluargaan. Orientasi-orientasi sektoral di setiap komponen Masisir yang sebelumnya sudah ada menjadi semakin masif. Model pelaksanaan Ormaba ini berlangsung sampai tahun 2022.
Di tahun 2023 setelah selesainya pandemi, PPMI mengembalikan model pelaksanaan Ormaba menjadi satu acara besar dengan anggapan bahwa memang asalnya agenda tersebut adalah milik PPMI. Dan pada saat itu, orientasi di berbagai komponen masih tetap berjalan masif dan malah menjadi tumpang-tindih seiring dengan tersebar dan bertambahnya mahasiswa baru. Sampai sekarang, Ormaba di Masisir secara umum kehilangan unsur kolaborasi apalagi integrasi.
Seakan menggabungkan dua konsep integrasi Ormaba sebelumnya, PPMI yang mengadakan acara Ormaba sendiri juga menyusun pembagian materi dan waktu untuk penyelenggara orientasi lainnya guna menjaga keselarasan. Pembagian itu disebut dengan ‘lokakarya’.
Namun, formula lokakarya tidak terlaksana secara maksimal karena wilayah struktural PPMI hanya mencakup Lembaga Otonom: Wihdah, Kekeluargaan, dan Senat saja. Pendekatan kultural untuk merangkul Mediator, Afiliatif, dan Almamater pun belum terwujud dalam mengintegrasikan Ormaba. Dan meski materi dan waktu telah dibagi, tidak semua lembaga otonom dalam struktur PPMI menaati pembagian yang telah ditetapkan. Formula ini pun masih berkutat di kalangan elit dan minim transparansi, karenanya peserta dan Masisir secara umum tidak mengetahui pembagian dari PPMI, sehingga mereka tidak mengetahui juga siapa yang melanggar pembagian tersebut dan siapa yang menaatinya.
Selain masalah keselarasan materi antar lembaga, pada akhirnya masalah keterbatasan fasilitas tempat yang dapat menampung seluruh mahasiswa baru serta kendala dalam penyerapan materi pembekalan juga akan terus melekat jika PPMI sendiri ikut mengadakan Ormaba. Maka dalam konteks keadaan Masisir terkini, dengan jumlah yang sebegitu banyaknya, kalau PPMI ingin mewujudkan persatuan di antara mahasiswa baru dan Masisir seluruhnya, justru cara terbaiknya adalah dengan tidak ikut bermain ‘musik’ seperti penyelenggara yang lain, tapi dengan menyusun ‘aransemen’, membagikan ‘partitur’, dan berdiri di depan sebagai ‘konduktor’.
Apabila PPMI ingin menghimpun seluruh mahasiswa baru dalam satu acara yang dihadiri tokoh-tokoh Universitas dan KBRI, maka acaranya tidak mesti berisi pembekalan dalam arti penyampaian materi-materi yang penting untuk mahasiswa baru seperti di atas. Agenda dapat bersifat welcoming dan berupa kuliah umum dari petinggi Azhar atau KBRI. Komunitas-komunitas mahasiswa Indonesia di Mesir yang tidak dinaungi lembaga Masisir lainnya, dapat diberi kesempatan untuk mengenalkan komunitas melalui stan-stan yang disediakan.
Dengan fokus mengorkestrasi Ormaba, PPMI dapat memusatkan peran sebagai penyalur dana dan penjamin mutu, baik materi, pemateri, atau mentor. Dalam hal penjaminan mutu, bila PPMI sendiri yang menjaga kualitasnya, maka problematika standard dan ketersediaan pemateri atau mentor di tempat lain tidak akan terulang. Dana yang selama ini menghabiskan anggaran terbesar di PPMI (pada tahun 2025 sampai mencapai sekitar EGP 360.000), juga dapat dihemat, waktu dan tenaga juga semakin efisien dengan integrasi.
Apa Kata Mereka Tentang Integrasi
Respons seputar ‘Integrasi’ mempunyai sisi yang mewakili pendapat antara pihak yang setuju dan tidak. Dari dua belas narasumber yang kami temui, seluruhnya mengakui memiliki keresahan yang sama seputar Ormaba yang berulang, dan semuanya pun menyetujui adanya integrasi dalam penyelenggaraan Ormaba kecuali dua pihak.
Kunta Ulin Nuha, selaku anggota Majelis Pendidikan Kader (MPK) PCIM yang menaungi pelaksanaan Forza sekaligus pelaksana SHOW Sema-FSI 2025 menyampaikan kesetujuannya. “Dan saya pribadi menjadi salah satu orang yang sangat mengedepankan integrasi itu: integrasi waktu, integrasi materi. Bobot materi dan waktu itu menurutku amat sangat penting untuk dibahas kembali dan memang diintegrasikan. Biar nanti kawan-kawan mahasiswa itu tidak mengulang-ulang materi yang sama di setiap Ormaba. Karena ya sayang sekali. Sayang sekali, sayang waktunya, sayang kegiatannya. Karena kalau sudah diadakan oleh satu lembaga kenapa harus diadakan lembaga yang lain?”
Selain integrasi dalam hal materi, Kunta juga menyampaikan perlunya integrasi dan pengkajian ulang seputar Ormaba dalam segi waktu penyelenggaraan dan siapa yang menyelenggarakan agar Ormaba bisa berjalan lebih efisien, salah satu poin yang perlu dipertimbangkan adalah; apakah Ormaba PPMI masih relevan dilaksanakan atau tidak. Senada dengan Kunta, pihak dari Mediator Mumtaza, Ihsan Abdi menyetujui integrasi dengan catatan perlunya formula yang tepat. “Semua pihak memiliki niat baik untuk menyambut dan membekali (apa) yang dibutuhkan mahasiswa baru, mungkin formulanya yang perlu dibenahi,” ujarnya.
Adapun pihak yang tidak setuju bukan sepenuhnya menolak, tapi cenderung ke arah skeptis pada peleburan berbagai Ormaba ke dalam satu acara besar untuk semuanya. Pendapat ini berangkat dari anggapan bahwa setiap lembaga perlu punya ruangnya masing-masing.
Penutup
Mahasiswa baru yang hari ini mungkin kita lihat penuh dengan ketidaktahuan adalah sosok-sosok yang esok akan mengisi peran-peran penting, baik di Masisir bahkan di tanah air. Keseriusan dalam membekali dan membina mahasiswa baru adalah cerminan sikap kepedulian terhadap masa depan. Maka, sikap abai atas urusan ini, adalah keacuhan terhadap generasi selanjutnya.
Ketika pembekalan mahasiswa baru dalam Ormaba diintegrasikan, maka semestinya tidak perlu ada kekhawatiran dalam hal standard dan ketertinggalan materi karena semuanya jadi kepentingan bersama. Dan bilamana Orientasi Mahasiswa Baru diharapkan lebih efisien, efektif, dan tidak berputar pada lingkaran setan yang itu-itu saja, maka masalah ini perlu jadi perhatian bagi seluruh pihak dari Masisir. Setiap pihak perlu menundukkan ego-nya dengan tidak asyik sendiri dan mulai membunyikan ‘instrumennya’ masing-masing sesuai ‘partitur’ yang ditetapkan supaya ‘orkestra’ dapat bersenandung merdu dengan harmoni.
Penyusun: Wilda Naimatul, Nidaul Khasanah
Investigator: Ratu, Wafi, Annisa, Afif, Arif, Adi
Editor: Ilmi Hatta Dhiya’ulhaq

1 Komentar
lalu, pokok pembahasan artikel ini apa ustaz?
BalasHapus