Perndarmesir.com, Kairo - Pada Kamis (25/9) malam,
Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Mesir (PMIK) mempertemukan seorang penulis
novel dan cerpen sekaligus dai terkemuka Indonesia, Asma Nadia dan Zulkifli Ali
dengan Mahasiswa Indonesia di Mesir. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk temu
sapa dan silaturahmi dengan mengusung tema “Merajut Ukhuwah, Menggali Ilmu di
Perantauan; Menyelam di Kairo, Berbuah di Nusantara.” Acara ini bertempat di
Restoran Bumbu Indonesia Kairo, Al-Haram, Giza, Mesir.
Pada kunjungan kali ini, Asma Nadia atau yang
kerap disapa Bunda ditemani oleh sang kakak, Helvy Tiana Rosa. Keduanya
merupakan salah satu pendiri organisasi Forum Lingkar Pena (FLP), sebuah wadah
yang bertujuan untuk mengkader penulis-penulis muda berpotensi dalam bidang
kepenulisan. Dalam sesi yang begitu singkat, Bunda banyak memberikan dukungan
bagi Masisir untuk terus semangat dalam berkarya. Bahkan Bunda juga memberikan
tantangan bagi para mahasiswa yang hadir untuk menciptakan sebuah karya tulis
berupa novel sebanyak 120 halaman dalam waktu satu tahun. “Tahun depan saya
akan kembali lagi ke sini,” ujarnya dengan penuh semangat. Bunda berpesan,
“Jika adik-adik punya mimpi, langitkan mimpi-mimpi itu. Pastikan tidak ada yang
mencuri mimpi-mimpi kita. Jangan biarkan orang lain melemahkan.”
Dalam sesi wawancara khusus, Bunda Asma Nadia
turut menitipkan pesan dan harapan kepada Pondok Modern Darussalam Gontor, anggota
IKPM Kairo, serta seluruh alumninya dalam rangka menyambut usia 100 tahun
Gontor. Bunda berharap semangat studi para mahasiswa tidak hanya terjaga,
tetapi juga mampu mengisi ruang-ruang kebermanfaatan. Untuk itu, menurutnya,
setiap individu perlu terus menggali potensi sebanyak-banyaknya agar dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat dan bangsa.
Tak hanya berbincang hangat dengan Bunda Asma
Nadia, para mahasiswa juga mendapat petuah yang disampaikan oleh dai terkemuka
sekaligus alumni Universitas Al-Azhar tahun 1996, Zulkifli Ali atau yang akrab
dipanggil Buya, membuka tausiahnya dengan kisah masa studi di Mesir pada
periode 1992–1996, serta menceritakan banyak sahabat seangkatannya yang kini
telah berkiprah di Indonesia. Buya kemudian menekankan tiga hal utama yang
harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu. Pertama, bersungguh-sungguh dalam
belajar di Universitas Al-Azhar. Kedua, tuntaskan masa studi sesuai ketentuan
-empat tahun- agar bisa segera mengabdi dan berkontribusi di tanah air. Ketiga,
aktif dalam berorganisasi/kegiatan untuk memaksimalkan potensi, namun jangan
sampai melalaikan kewajiban utama, yaitu belajar.
0 Komentar