Ke kanan mata melirik,
Engkau terasa.
Ke kiri kepala menoleh,
Engkau tetap ada.
Apa matamu kini
matahari,
atau senyummu pendaran
hangat lilin
Nadimu denyutkan
sungai
Dan parumu
kembang-kempiskan atmosfer
Telapak tanganmu
mega teduh
Lalu jemarimu angin
yang menggoyang dedaunan
Syahdan, saat
kugali dalam
Kudapati rusuk
dan belikatmu
menyusun kerangka
pondasi tanah kami
dan abu dari
dagingmu menjelma dinding,
lantai, dan atap tempat
tinggal kami
dan akar
pepohonan rimbun
Disiram oleh
darah dan air mata
Maka saat ke
bawah kepala menyusur,
Engkau masih
terasa
Dan ke atas mata
mendongak
Rupanya engkau di
mana-mana

1 Komentar
Afwan ini konteksnya Allah Azza wa jalla kah?
BalasHapus