Semenjak kita dilahirkan ke dunia ini, tentu kita tak asing dengan
kata waktu. Sejak kecil mungkin orang tua kita sering mengingatkan perihal
begitu pentingnya waktu. Namun,
terkadang banyak dari kita yang baru mengerti betapa pentingnya waktu ketika
mulai beranjak dewasa. Dan itu bukanlah suatu masalah. Tentu itu adalah hal
baru yang harus selalu disadari dan dibenahi agar kita bisa lebih baik dalam
memanfaatkan waktu.
Ada yang mengatakan bahwasanya orang yang beruntung adalah orang
yang bisa mengatur dan memanfaatkan waktunya dengan baik. Jika argumen ini
memang benar, lalu siapakah mereka yang merugi? Allah SWT telah menjelaskan dalam
firman-Nya Surat Al-Ashr Ayat 1-3: “Demi masa. Sungguh manusia berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.
Kata ‘manusia’ di dalam ayat ini tidak tertuju hanya kepada orang
muslim saja atau selainnya yang berada dalam kerugian, melainkan semua manusia
baik yang muslim maupun bukan, akan berada dalam suatu kerugian bilamana ia
tidak menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Lalu, bagaimana menggunakan waktu yang sebaik-baiknya itu? Allah SWT
menjelaskan di ayat setelahnya bahwa mereka yang tidak berada dalam kerugian
adalah orang-orang beriman yang mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
dalam kebenaran dan kesabaran.
Yang pertama, mengerjakan kebajikan. Kebajikan adalah sesuatu yang
mendatangkan kebaikan, seperti saling tolong menolong dalam kesusahan, membantu
seseorang menyebrangi jalan walau sebenarnya sedang terburu-buru dalam
perjalanan, menyingkirkan batu dari jalan agar tidak terjadi kecelakaan, dan
masih banyak lagi kebajikan lainnya yang bisa dilakukan.
Yang kedua, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Siapa
pun boleh menasihati, selagi itu menuju pada ranah kebenaran agar terlepas dari
kesalahan. Islam adalah agama yang baik dan benar maka, jika ingin memberikan
sebuah nasihat sangat dianjurkan dengan perkataan yang baik dan benar akan
kebenarannya, agar nasihat bisa diterima dengan baik hingga mengabadi dalam
hati.
Waktu di dunia sangatlah cepat dan singkat, sampai terkadang membuat
banyak manusia lupa akan esensinya. Hanya sekadar melewati tanpa mengambil
hikmah dari setiap peristiwa yang sudah menghampiri. Seperti waktu yang digunakan
untuk banyak kegiatan ataupun pekerjaan, tapi tidak memahami manfaat di
dalamnya, sehingga waktu terbuang sia-sia. Padahal Allah SWT sudah memberikan
kita waktu dengan porsi yang sama, sebanyak 24 jam dalam sehari, tak kurang dan
tak lebih. Sangat cukup bagi mereka yang memanfaatkannya dengan baik, dan
kurang bagi mereka yang selalu mencari banyak alasan.
Jika waktu hanya digunakan tanpa suatu kebermanfaatan akan
menghasilkan sebuah pemborosan, karena waktu adalah harta yang paling berharga. Bahkan ia lebih dari sekedar harta. Harta yang banyak dan melimpah sangat
disayangkan jika tidak digunakan dengan baik, karena akan terjadi pemborosan,
seperti pentingnya menggunakan waktu dengan baik.
Hakikatnya pemborosan tidak hanya terletak di dalam harta, namun pemborosan bisa terjadi dalam berbagai aspek . Seperti yang telah dijelaskan dalam salah satu hadits perihal pemborosan yang ada dalam penggunaan air ketika sedang berwudu.
Diriwayatkan dari Abdillah bin Amru bin Al-Ash, ia berkata: Rasulullah SAW bertemu Sa’ad pada waktu berwudu, kemudian Rasulullah SAW bersabda: Alangkah borosnya wudumu itu hai Sa’ad, kemudian Sa’ad bertanya: Apakah di dalam berwudu ada pemborosan?, lalu Rasulullah SAW menjawab: Iya, meskipun kamu berwudu di sungai yang mengalir (H.R Ibnu Majah).
Air yang melimpah dan mengalir di sungai sama seperti waktu yang
Allah SWT ciptakan untuk seluruh makhluk-Nya. Ia akan terus melaju, takkan
pernah berhenti dan takkan kembali lagi. Seperti arus air yang ada di sungai,
ia akan terus berjalan dan mengalir hingga menuju titik terakhir. Begitupun
dengan waktu, ia akan terus berjalan hingga berakhirnya kehidupan, di hari akhir
nanti.
Lalu, bagaimana dengan waktu yang sudah terlewatkan dan waktu yang
akan kita temui lagi ke depannya? Semua yang sudah terlewati tentu tak bisa
diulang kembali. Namun, masih bisa diperbaiki di masa depan, agar bisa lebih
baik lagi. Dengan cara mengambil banyak pelajaran kehidupan yang bermakna dan berarti,
untuk dijadikan pengembangan diri di kemudian hari.
2 Komentar
Masya allah, syukron atas ilmunya
BalasHapusLuar biasa sekali tulisanya
BalasHapus