Oleh: Muadz Royyan Abdurrahman
Dua tahun lalu sebelum saya berangkat ke Mesir untuk melanjutkan kuliah, saya menyaksikan video dari salah satu publik figur sekaligus presenter terkenal, Najwa shihab. Video itu berjudul "Surat untuk Mahasiswa Baru.”
Ya, bisa dilihat dari namanya bahwa video itu berisikan motivasi untuk mahasiswa baru yang dikemas dalam surat dan dibacakan di dalam video. Secara khusus memang surat ini ditujukan untuk Angkatan 2020 atau yang masuk kuliah di tahun itu. Namun secara umum video ini relevan bagi siapa pun yang baru masuk dunia perkuliahan, atau akan masuk dunia perkuliahan, saya kagum dengan kalimat Mbak Nana sebagai berikut:
“Kuliah itu seperti membeli situasi, situasi yang mendorong kalian belajar, mendorong kalian berjejaring, mendorong kalian berdiskusi, mendorong kalian bergerak, sia-sia jika situasi hanya menjadi dekorasi bukan penunjang tradisi untuk mengisi dengan aksi.”
Hingga pada akhirnya dua tahun kemudian saya berangkat ke Mesir untuk melanjutkan kuliah, walau ketika itu tidak langsung kuliah, saya berada di lingkungan kuliah dan merasakan bahwa yang dikatakan Mbak Nana benar adanya.
Dalam pembukaanya Mbak Nana berkata, “Kuliah itu seperti membeli situasi, situasi yang mendorong kalian belajar.”
Sebagai alumni pondok modern yang kurang pembelajaran kitab turots-nya, tentu saya hampir tidak pernah menyentuh apalagi mempelajari kitab turots. Saya pun tidak tahu harus mulai dari mana dan belajar dengan siapa, hingga akhirnya saya datang ke Mesir dan bertemu dengan para senior yang terlebih dahulu mempelajari kitab turots tersebut.
Saya pun sering mendengar obrolan tentang tahap kitab yang dipelajari untuk memperdalam suatu ilmu, tentang metode mengajar para masyayikh, dan semua yang berkaitan dengan kitab turots. Benar-benar situasi yang membuat diri ini ingin mempelajari karya-karya ulama terdahulu lebih dalam.
Selanjutnya Mbak Nana mengatakan, “Mendorong kalian berjejaring.” Kalau kata orang, Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) itu terbagi menjadi empat macam, yang rajin kuliah, yang rajin talaqqi, yang fokus berorganisasi, dan yang terakhir yang fokus dengan bisnisnya.
Mungkin secara khusus, kelompok ketiga inilah yang tepat untuk narasi ini. Di Mesir kita bisa berjejaring dengan siapapun, berjejaring dengan teman satu almamater, berjejaring dengan teman sedaerah, berjejaring dengan teman-teman dari ormas, bahkan kita juga bisa berjejaring dengan para pelajar dari mancanegara.
“Mendorong untuk bergerak” lanjut mbak Nana. baik berorganisasi maupun belajar, itu mendorong kita untuk bergerak, entah itu bergerak dalam arti sebenarnya secara fisik ataupun bergerak bergerak dalam artian bermanfaat bagi sekitar dan diri sendiri.
Surat itu pun diakhiri dengan kalimat, “Sia-sia jika situasi hanya menjadi dekorasi bukan penunjang tradisi untuk mengisi dengan aksi.”
Pada akhirnya kitalah yang punya kendali penuh terhadap diri kita, sekondusif apapun situasi untuk belajar, jika kita tidak memanfaatkannya maka manfaat dari situasi itu tidak akan terasa maksimal.
Ibarat seseorang yang mempunyai seribu pedang, tapi dia tidak memanfaatkannya ketika berperang, maka pedang tersebut hanya berfungsi sekedar hiasan tanpa manfaat, begitu juga situasi jika tidak kita manfaatkan itu hanya menjadi sekedar dekorasi, bukan penunjang tradisi tanpa aksi.
1 Komentar
Mantap bang muedz terimakasih atas pencerahannya 🙏
BalasHapus