Oleh: Ihya’
Bismillahirrahmanirrahim
Baru satu detik umurku,
Nafas pertamaku pecah berwujud tangis
Tangisanku menggelegar namun tiada
terdengar
Sebab denyar ledakan di luar berhasil
menutup telingamu
Panas dan dingin menemani teriakan sakit
ibuku
Panasnya desing proyektil yang melesat
Dinginnya hati tentara pemiliknya
/2/
Tujuh tahun umurku,
Menghafalkan Al-Qur’an menjadi kebiasaan
Namun lantunan merdu dari lisanku tiada
terdengar
Sebab bisingnya senapan menghunjam
membutakan indramu
Aku sungguh tidak mengerti apa yang
sebenarnya terjadi
Kenapa puing-puing ini menjadi taman
bermainku
Mengapa lapar selalu menjadi sarapanku
/3/
Delapan belas tahun sudah umurku,
Kusadari penuh apa yang sejatinya terjadi
Gemuruh runtuhnya rumah kami tiada
terdengar
Karena perdebatan di belahan dunia sana
mengubur akalmu
Setiap detik kalian berdiskusi di sini
temanku mati
Satu persatu, hingga tidak ada yang tersisa
lagi
Kini aku hanya bisa memeluk lututku sendiri
Dua puluh lima kini umurku,
Kutemukan pelipur lara sejati: manisnya
mati!
Kulejitkan panggilan adzan meski ia tiada
terdengar
Suara sumbang binatang masih kuat
membelenggu hatimu
Kalaulah jalan berdarah yang digariskan
untukku
Kujemput kematian dengan senyum di pipiku,
Walau kalian tidak mendengar teriakanku
Tidaklah aku mengharap kalian untuk
mendengarku, namun…
Akankah selanjutnya lolong serigala lebih
terdengar dari dzikirku?
Akankah seterusnya gonggongan-gonggongan
anjing lebih terdengar dari takbirku?
Akankah selamanya bisikan-bisikan iblis,
setan, dan dajjal lebih terdengar dari tahlilku?
Akankah? Akankah? Akank…
Kairo, 12 Oktober 2023
1 Komentar
بالروح بالدم نفديك يا الأقصى، بالروح بالدم نفديك يا فلسطين، بالروح بالدم نفديك يا إسلام...
BalasHapus